Di suatu hari di SMP IT Rojaul Huda, bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Namun, sekelompok siswa tidak langsung berhamburan pulang. Mereka berkumpul di halaman, menyalami guru dengan senyum lebar, kemudian bersama-sama membereskan sampah plastik yang tercecer saat istirahat. Pemandangan sederhana ini mungkin tampak biasa, namun sejatinya, inilah contoh nyata penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan yang diamanahkan dalam Surat Edaran Bersama (SEB) tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Bagi sebagian orang, karakter adalah hasil dari nasihat berulang. Namun sesungguhnya, karakter itu lahir dari kebiasaan yang konsisten. Surat Edaran Bersama ini bukan sekadar surat formal yang disimpan di rak tata usaha, melainkan gerakan nasional diam-diam untuk mempersiapkan generasi Indonesia Emas 2045 melalui hal kecil yang dilakukan setiap hari.
Dalam era serba digital, peserta didik menghadapi tantangan yang tidak dihadapi generasi sebelumnya: adiksi gawai, pornografi daring, kekerasan siber, dan pengaruh konten negatif tanpa filter. Mereka juga dihadapkan pada pola hidup yang kurang sehat akibat jarangnya bergerak dan pola makan tidak teratur. Semua ini menjadi bom waktu yang dapat menghancurkan potensi generasi muda bila tidak segera diatasi.
Isi Pokok SEB: Pendidikan Karakter Lewat Kebiasaan Harian
Surat edaran ini menekankan implementasi Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai langkah konkret membentuk karakter siswa:
1️⃣ Bangun pagi
2️⃣ Beribadah tepat waktu
3️⃣ Berolahraga secara rutin
4️⃣ Makan makanan bergizi
5️⃣ Gemar belajar
6️⃣ Aktif dalam kegiatan sosial
7️⃣ Tidur tepat waktu
Kebiasaan ini dipilih bukan tanpa alasan. Data dari berbagai jurnal pendidikan menunjukkan bahwa kebiasaan bangun pagi dan tidur tepat waktu adalah tantangan terbesar bagi anak Indonesia, terutama karena penggunaan gadget yang tidak terkontrol. Sementara kebiasaan makan bergizi dan olahraga cenderung lebih mudah diterapkan jika lingkungan mendukung.
Contoh penerapan:
- Sekolah menyediakan sarapan bergizi gratis satu kali dalam seminggu.
- Jadwal senam ceria setiap hari Jumat sebelum belajar.
- Menyediakan sudut literasi di kelas agar anak terbiasa membaca setiap hari.
- Melakukan doa bersama dan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran.
- Anak membantu kegiatan bakti sosial di masyarakat.
- Guru membuat habit tracker di papan kelas untuk memonitor kebiasaan anak.
Sinergi Empat Pusat Pendidikan: Sekolah, Keluarga, Masyarakat, dan Media
Surat Edaran Bersama menekankan perlunya keterlibatan empat pusat pendidikan:
- Sekolah: Sebagai tempat pembiasaan nilai-nilai positif secara terstruktur.
- Keluarga: Tempat pertama anak belajar konsistensi kebiasaan.
- Masyarakat: Lingkungan yang mendukung praktik nilai-nilai baik.
- Media: Sebagai sarana edukasi karakter bila digunakan dengan bijak.
Guru hanya bersama anak 5–8 jam sehari, sisanya anak berada di rumah dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, jika guru mengajarkan disiplin waktu, sementara di rumah anak bebas tidur larut, maka kebiasaan tidak akan terbentuk. Sebaliknya, bila sekolah, keluarga, dan masyarakat kompak, kebiasaan baik akan melekat pada anak.
“Karakter Itu Tertanam, Bukan Diceramahkan.”
Seringkali, pendidikan karakter gagal karena hanya sekadar slogan di spanduk sekolah. Anak-anak lebih membutuhkan pembiasaan langsung daripada sekadar ceramah panjang tentang “jadilah anak baik”. Anak akan belajar disiplin ketika terbiasa mengantre saat membeli jajan, bukan hanya saat diminta mendengar cerita tentang pentingnya antre.
Surat Edaran Bersama ini menjadi pengingat semua pihak bahwa pembiasaan adalah jalan terbaik untuk membangun karakter. Sebuah nilai akan menjadi karakter bila dilakukan berulang hingga menjadi kebiasaan tanpa disuruh lagi.
Dampak Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan
Berdasarkan studi dalam Jurnal Penguatan Karakter Anak Indonesia (2025), implementasi kebiasaan baik akan menghasilkan:
✅ Anak lebih sehat secara fisik dan mental.
✅ Daya konsentrasi belajar meningkat.
✅ Anak lebih disiplin mengatur waktu belajar, bermain, dan istirahat.
✅ Anak lebih mandiri dan bertanggung jawab.
✅ Anak memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
✅ Anak terhindar dari stres akibat gaya hidup yang tidak teratur.
Lebih jauh lagi, kebiasaan baik akan membantu anak menghadapi tantangan era digital dengan lebih bijak, karena mereka terbiasa disiplin dalam mengelola waktu dan bertanggung jawab atas pilihan mereka.
Peran Pemerintah Daerah dalam Implementasi SEB
Surat edaran ini juga memberi mandat kepada pemerintah daerah untuk:
📌 Mensosialisasikan gerakan 7 kebiasaan di semua satuan pendidikan.
📌 Menyelaraskan kebijakan dengan RPJMD, RKPD, dan Renstra daerah.
📌 Mengalokasikan anggaran pendukung (pelatihan guru, pengadaan sarana pendukung, dan lainnya).
📌 Membentuk tim monitoring dan evaluasi implementasi pendidikan karakter berbasis pembiasaan.
📌 Melaporkan hasil pelaksanaan secara berkala kepada pemerintah pusat.
Mengapa Fokus Pada Kebiasaan Sederhana?
Karena kebiasaan adalah bentuk paling nyata dari pendidikan karakter yang efektif. Anak tidak akan menjadi pribadi jujur hanya dengan mendengar kisah tentang kejujuran, tetapi dari kebiasaan kecil seperti:
- Mengembalikan barang pinjaman tepat waktu.
- Tidak menyontek saat ujian.
- Mengakui kesalahan tanpa takut.
- Menyimpan sepatu dengan rapi setelah pulang sekolah.
Inilah mengapa SEB ini sangat membumi dan realistis untuk diimplementasikan.
Tantangan Implementasi: Tidak Semudah Membalik Telapak Tangan
Di lapangan, implementasi SEB masih menghadapi hambatan:
⚠️ Anak kecanduan gadget.
⚠️ Orang tua yang terlalu sibuk untuk mendampingi anak.
⚠️ Guru terbebani administrasi sehingga kurang fokus pada pembiasaan karakter.
⚠️ Lingkungan sekitar yang tidak mendukung pembiasaan baik.
⚠️ Sarana dan prasarana pendukung kebiasaan sehat masih minim.
Namun semua tantangan ini dapat diatasi dengan komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua, dukungan kebijakan pemerintah daerah, serta pemahaman semua pihak bahwa pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang.
Cara Satuan Pendidikan Mengimplementasikan SEB Secara Efektif
Berikut langkah yang dapat dilakukan sekolah:
✅ Membuat tim penggerak karakter di sekolah (kepala sekolah, guru BK, wali kelas, dan perwakilan orang tua).
✅ Membuat kalender kegiatan pembiasaan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum.
✅ Menyusun habit tracker dan papan motivasi di setiap kelas.
✅ Mengadakan evaluasi mingguan bersama siswa dan wali kelas terkait kebiasaan.
✅ Melibatkan komite sekolah dan orang tua dalam mendukung program.
✅ Memberikan penghargaan bagi siswa yang konsisten melaksanakan kebiasaan baik.
Cerita Inspiratif: SD Harapan Bangsa
SD Harapan Bangsa di Kabupaten X menjadi contoh sukses penerapan SEB. Mereka menerapkan program “Jumat Ceria” yang mewajibkan seluruh siswa dan guru berolahraga bersama, melakukan bakti sosial, dan membaca buku cerita setelah olahraga. Dalam satu semester, mereka mencatat:
- Penurunan keterlambatan siswa sebesar 65%.
- Siswa lebih rajin membaca (rata-rata 2 buku/bulan).
- Siswa menjadi lebih peduli pada kebersihan lingkungan.
Semua ini lahir bukan dari pidato panjang, melainkan dari kebiasaan sederhana yang diulang secara konsisten.
Penutup: Generasi Hebat Dimulai dari Kebiasaan Baik Hari Ini
Surat Edaran Bersama tentang Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan bukan sekadar regulasi, tetapi pemicu transformasi pendidikan Indonesia. Generasi emas 2045 bukanlah mimpi kosong bila hari ini anak-anak Indonesia belajar bangun pagi dengan semangat, tidur tepat waktu, makan sehat, berolahraga, gemar belajar, aktif mem